watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

Cerita sexs
ABG onani dirumah

Saya, suami dan anak-anak tinggal di apartemen
(kalau di Indonesia sih disebutnya mesti
condominium). Apartemen kami tidak jauh dari
sekolah anak-anak, cukup jalan kaki saja. Saya 45
tahun, suami 5 tahun lebih tua dari saya. Anak-anak
kami sudah ada yang sekolah di SMA.
Anak saya yang SMA itu namanya Bayu. Teman-
teman Bayu sering main dan menginap di
apartemen kami. Kadang-kadang numpang tidur
siang juga. Biasa lah anak-anak. Ada satu temannya
yang paling rapat dengan anak saya, namanya
Hasan. Mereka sekelas dan dari SMP kelas 1
memang sudah berteman. Hasan ini sangat sopan
kepada saya, dia selalu panggil saya Tante. Saya
juga kenal baik ibu Hasan yang rumahnya satu
condo dengan saya. Walau Bayu sedang keluar,
Hasan masih tetap suka juga datang dan ikut nonton
TV, atau malah numpang istirahat di kamar Bayu.
Walau Hasan sangat sopan, tetapi saya juga
maklum,bahwa di usia yang abg ini, dia mesti
sedang mekar-mekarnya dan mencari tau mengenai
lawan jenis. Saya kadang-kadang bercanda juga
sama dia mengenai soal punya pacar, tetapi dia
cuma nyengir dan senyum malu. Katanya kalau
anak-anak perempuan SMA sih payah, tidak
menarik. Kalau udah gitu kita jadi saling bergurau,
walau tetap sopan. Di rumah saya biasa pakai daster
panjang yang sampai di bawah lutut. Sopan deh
pokoknya. Yang saya tak menyadari adalah Hasan
memiliki perasaan tertarik ke saya. Mungkin karena
kita sering ngobrol di apartemen, ada Bayu atau
tidak ada Bayu, Hasan dan saya tetap saja masih
juga ngobrol. Entah ya, mungkin dia pikir tingkah
laku dan cara saya ngomong elegan gitu (maklum
kan ibu-ibu mesti elegan). Dia sangat
memperhatikan saya. Saya sih senang saja
diperhatikan. Walau saya awalnya tidak curiga
bahwa perhatian Hasan itu ada makna yang lain.
Tetapi lama-lama saya rasa dia sering
memperhatikan gerak gerik saya dari ekor matanya,
dan kalau saya pandang balik, dia pura-pura melihat
ke arah lain. Apa dia mulai memperhatikan tubuh
saya?
Walau saya sangat terhormat di lingkungan kami,
dan di antara ibu-ibu. Tiada orang yang tahu bahwa
saya sangat suka browse internet dan terutama
membaca cerita-cerita yang erotik. Jadi kalau untuk
member-member DS sih mesti udah maklum dak
kebayang deh bagaimana imajinasi dan lamunan
saya akibat didikan DS. Di DS, yang saya suka itu
baca cerita seru dan kadang-kadang es-lilin.
Balik pada cerita saya, saya pun mulai juga mikirin si
Hasan ini, dan menebak-nebak apa yang ada di
dalam pikiran dia. Nah, episode yang berikut ini
menyadarkan saya apa yang tengah terjadi.
Suatu hari Hasan main ke rumah dan biasa ngobrol
dengan Bayu dan saya di ruang tamu. Saya
kebetulan minta Bayu pergi untuk beli sesuatu
keluar. Walau diajak, Hasan menolak untuk ikut
dengan alasan males badan lagi capek. Jadi sambil
beresin rumah, saya ngobrol dan bergurau dengan
dia. Lagi-lagi terasa betapa intensnya cara dia
ngomong ke saya dan juga cara dia memandang.
Sekitar pukul 5 sore, sesuai dengan kebiasaan
harian, setelah beres-beres saya mandi. Kebetulan
saja saya mandi di kamar mandi dekat dapur, bukan
di ruang tidur utama (istilahnya master bedroom).
Tiba-tiba selintas saya melihat kelebat bayangan di
celah pintu kamar mandi yang retak kecil pada
sambungan papan di pintu bagian bawah. Rasanya
ada yang mengintip. Kalau ada yang ngintip
mungkin bisa keliatan kaki saya bagian bawah
sampai lutut dan paha bagian bawah saya. Tapi
siapa? Bukankah di rumah hanya ada Hasan, lagi
pula dia kan pemuda yang sopan. Ah, mungkin
hanya kebetulan. Saya balik lagi meneruskan mandi.
Saya bersihkan seluruh tubuh. Tiba-tiba saya
melihat lagi bayangan tadi. Ah, ini pasti Hasan.
Tetapi hendak apa dia? Apakah dia sedemikian
ngebetnya ingin buang air hingga menantiku
dengan tidak sabarnya? Tiba-tiba bayangan cerita-
cerita di DS menerpa, ah apakah memang dia
tertarik pada saya dan menyimpan nafsu tersendiri?
Apa ini bukan pertama dia mengintip saya sedang
mandi. Atau jangan-jangan dia mengintip saya juga
di kamar, atau tempat lain?
Selesai mandi saya lihat Hasan sedang duduk
membaca majalah. Saya ke kamar, bukan untuk
ganti baju, tetapi hanya menyisir di depan cermin
saja. Lagi-lagi saya merasa diperhatikan dari balik
pintu yang memang tidak saya tutup. Gerakan
Hasan di balik pintu tampak dari cermin saya. Saat
saya keluar kamar ternyata Hasan di sofa dan saya
yakin dia hanya pura-pura saja baca majalah. Tiba-
tiba saya teringat ada janji mau ketemu tetangga di
condo, ada titipan dari kawan yang mesti saya
ambil. Saya beri tahu Hasan, saya akan ke tempat
ibu Susi, dan balik kira-kira sejam, jadi tolong titip
rumah.
Sampai di apartemen bu Susi, ternyata terkunci
karena sedang ke luar. Wah bisa-bisanya janjian tapi
ditinggal pergi begini. Terpaksa saya balik lagi ke
rumah, yang semula maunya balik sesudah 1 jam,
ini baru 15 menit sudah sampai rumah lagi.
Walau pintu dikunci, saya tau Hasan ada di dalam.
Bayu pastilah belum sampai rumah lagi. Saya buka
dengan kunci saya sendiri pelan-pelan, dan masuk
ke dalam. Karena di ruang tamu tidak ada orang,
saya yakin Hasan mesti di kamar Bayu anak saya,
mungkin main computer seperti kebiasaan mereka.
Di luar pintu kamar, saya mendengar suara
menderit-derit krek, krek, krek, berulang-ulang. Saya
jadi ingin tahu, saya buka perlahan pintu kamar
Bayu. Kamar-kamar di tempat saya memang tidak
berkunci, kecuali pintu masuk dan pintu master
bedroom. Pintu terbuka sedikit dan saya bisa
melihat ke dalam dari celah sempit itu. Dan di dalam
Hasan sedang duduk di bangku computer. Celana
panjangnya telah turun dan teronggok di lantai
dibawah bangku. Celana dalamnya tak tampak lagi.
Posisi Hasan menyamping dari saya tapi karena
jaraknya yang sangat dekat ke pintu, saya dapat
melihat semua dengan jelas.
Sekarang ini mata Hasan tertutup rapat dan bernafas
berat, dengan kaki membuka, dan tangannya
mencengkeram erat batang anunya yang sedang
tegak berdiri. Suara krik krik krik bangku terdengar
karena irama tangannya yang mengocok batang
keras itu berirama. Selain dari gambar es lilin di
internet, selain milik suami, saya tidak melihat lagi
lelaki telanjang secara langsung. Dan tiba-tiba
sekarang saya melihat pemuda abg yang sedang
terangsang berat. Batang tegang Hasan yang tengah
dia remas keras-keras itu tampak panjang, kira-kira
12-13 cm berukuran langsing, dan tampak agak
melengkung sedikit. Kulit batangnya tampak
kemerahan karena Hasan memang putih kulitnya.
Kedua kulit kantung telurnya tampak bersih tidak
berambut. Ada sedikit rambut halus dan jarang di
daerah pubicnya. Saya bisa melihat kepala
batangnya berlumuran dengan air mazi bening, dan
tampak merah keras berkilat. Dari tempat saya
mengintip, saya bisa melihat sedikit pada layar
computer dan melihat gambar seorang perempuan
bule yang sudah dewasa (ibu-ibu) sedang
melakukan oral sex mengisap penis pemuda bule.
Batang pemuda bule itu sudah tampak tidak tegang
lagi dan diisap seperti lollipop. Muka wanita bule itu
berlumuran mani si pemuda. Saya heran, kenapa
Hasan onani dengan melihat perempuan dewasa
dan bukannya perempuan muda. Tiba-tiba
terbukalah pikiran saya. Selama ini Hasan tak
menyukai anak perempuan SMA karena dia lebih
mengagumi perempuan dewasa. Dan itu sebabnya
dia sangat memperhatikan saya.
Terdengar oleh saya, Hasan menggumam sambil
terus meremas dan mengocok batangnya. Walau
tidak jelas yang dibisikkan, tapi sepertinya dia
menggumam,
“Auh tante, jilat terus, remes dan jilat. Isep sampai
Hasan keluar mani tante”.
Saya kurang pasti, apa yang dikatakan, karena
memmang nggak jelas. Saya lihat pinggulnya mulai
naik turun di atas bangku yang diduduki. Sebagai
wanita dewasa yang sudah berpengalaman, saya
tahu dia mesti sudah hamper-hampir
memancurkan air maninya. Saya rasa sedikit tak
enak hati mengintip macam ini, tapi saya tidak
sanggup untuk mengalihkan pandangan mata saya
dari batangnya yang merah dan basah ujungnya
karena remasan-remasan yang kencang itu. Saya
merasa daerah kemaluan di antara kedua paha saya
mengecup-kecup dan kegatalan muncul di daerah
itu. Saya yakin, kebasahan mulai terjadi di sana.
Sama dengan efek yang terjadi masa saya
membaca cerita di DS.
Hasan mulai terdengar mengerang keras. Dia onani
dan berfantasi dengan bebas tak menyangka kalau
saya sudah balik ke rumah dan menyaksikan
pemandangan yang indah ini.
Erangannya terdengar jelas, “Ya ya tante, isep air
maninya, isep kepala kontolku tante, isep airnya …..
ahhhh…”.
Sambil mengerang demikian, tiba-tiba dia muncrat
dan memancar aliran ke atas. Pancrutan itu naik ke
atas dan akhirnya jatuh lagi memancur ke bawah
mengenai seluruh bagian perut dan daerah
kemaluannya. Saya tidak pernah melihat pancrutan
air mani yang demikian kencang. Tapi memang ini
pertama kali saya melihat onani abg yang sedang
mengeluarkan air maninya.
Saat itu saya sudah panas dingin, kepala saya terasa
mengambang. Meki saya terasa berdenyut dengan
kegatalan yang melanda. Saya juga merasa bagian
dalam lubang kenikmatan saya mulai mengembun
dan menerbitkan kebasahan yang sangat. Tetapi
pemandangan yang saya saksikan tak membuat
saya beranjak pergi.
Luar biasa sekali, walau telah mengeluarkan air
mani, batang Hasan tak juga menyurut lunak.
Batang itu masih tampak keras dan diselimuti oleh
kebasahan mani dan mazi yang ditumpahkan.
Hasan masih mengurut-urut lembut batangnya. Dia
tampak merubah gambar di layar komputer, dan
kini terpampang gambar lain lagi. Seorang pemuda
Cina (atau Jepang) berbaring, dan seorang wanita
dewasa (Jepang juga atau Cina) jongkok di atasnya
dan memposisikan mekinya dan anusnya di atas
muka pemuda yang tampaknya seperti sedang
menjilati. Bagian mulut dan hidung pemuda tadi
tampak tenggelam di dalam kerimbunan rambut
memek si wanita. Sambil jongkok wanita tadi yang
tampak sedang kenikmatan, juga memegang
batang kemaluan pemuda tadi.
Kembali Hasan mengocok batangnya yang
berlumuran mani itu. Batang itu sama sekali tidak
mereda kekerasannya, panjangnya tetap tegar
sepanjang 13 cm. Dan tampak berkilat karena cairan
putih yang menyelimuti. Kepala batangnya tampak
semakin merah. Hasan mengocok sambil menjilati
bibirnya, sedikit mani ia oleskan dari batangnya ke
bibir.
Sambil terus mengocok dan mengecap bibir Hasan
mengerang “Gimana jilatan Hasan tante..? Enak
tante? Aduh ah Hasan mau liat memek tante?
Jembutnya lebat mesti ya punya tante…? AH kocok
juga punya ku tante?”
Saya panas dingin dan tak kuasa menahan birahi,
sedemikian dahsyat imajinasi pemuda ini. Sampai-
sampai dia membayangkan meki saya seperti apa.
Tak terasa jari-jari saya sudah menyelinap masuk ke
dalam celana dalam. Kebasahan yang sangat terasa
di sana. Jariku mulai membelai lipat-lipatan bibir
bawah, menyebarkan kebasahan kearah kelentit
yang terasa sangat sensitive dan gatal. Sambil jari
tengah menggosok-gosok dan menekan celah-celah
bibir bagian dalam meki, jempolku menekan dan
menggosok-gosok batang kelentit.
Birahi saya tak terbendung lagi. Kegatalan itu terus
memuncak menimbulkan kenikmatan yang sangat
di bagian dalam lubang memek. Saya terus onani
sambil memandang onani yang tengah dilakukan
Hasan. Bau air mani terasa kuat dari batang
berlumuran yang terus dikocok kencang. Puncak
kenimmatan Hasan dan saya datang hamper
bersamaan. Saya mesti menutup mulut saya
dengan tangan takut erangan dan desisan keluar dari
mulut saya. Ledakan nikmat melanda, dan badan
saya kaku sejenak menikmati terpaan-terpaan rasa
nikmat bersumber dari dalam sepanjang lubang
kenikmatan saya, menuju kelentit dan meyebarkan
kenyamanan di seluruh tubuh. Terasa cairan
merembes keluar dari dalam lubang saya. Ah
kenikmatan yang luar biasa.
Disusul kemudian oleh Hasan yang tampak
badannya menegang “Ah remes tante batang
Hasan…”, membayangkan aksi seperti di layar
komputer.
“Ah …. eh….”, dan kemudian tampak cairan sperma
merembes ke luar dari lubang di ujung batangnya.
Ada juga puncratan, tetapi tak sebanyak dan sekeras
tadi.
Saya buru-buru dengan perlahan ke luar dari
rumah, menguncinya dari luar dan berdiri di luar
pintu menenangkan diri. Saya turun dengan lift ke
lantai bawah dan duduk di bawah untuk
menenangkan diri. Untung juga saya tak
menjumpai orang yang saya kenal. Saya mesti
tampak pucat. Walau orang tak tahu, saya merasa
pangkal paha saya lengket karena cairan meki yang
keluar tadi sudah melai mengering.
Sesudah ada lima menitan di bawah saya naik lagi
ke atas. Memencet bel di pintu. Agak lama
menunggu, akhirnya Hasan membuka pintu dari
dalam.
“Ah tante sori lama, tadi Hasan pas lagi di kamar
mandi”, katanya nyengir sambil muka dia agak
terlihat pucat. Ini mesti pucat karena capek onani
tadi, saya mengatakan di dalam hati.
“Sudahlah biar, tapi tante capek, mau istirahat”, saya
cari alasan masuk ke kamar, takut dia melihat ada
perubahan-perubahan penampilan saya.
Hasan juga pamit pulang karena sudah terlalu lama
di apartemen saya.
Di ranjang saya berbaring letih. Peristiwa tadi benar-
benar mengganggu, baik fisik maupun mental. Saya
mulai berpikir, mungkin Hasan telah lama onani
demikian sambil membayangkan saya. Semua
erotisme yang terjadi tadi terus bermain di benak
saya. Tapi kenikmatan dan ketegangan itu tak dapat
meninggalkan pikiran saya. Apakah benar yang saya
lakukan, kenapa saya malah menikmati peristiwa
tadi, dan bukannya tersinggung dan marah.
Mungkin terlalu banyak baca cerita erotik telah
merubah saya.
Ah sudahlah, biarkan yang telah terjadi tetap terjadi.
Saya tak tahu bagaimana nanti kalau berjumpa lagi
dengan Hasan setelah melalui peristiwa ini dan tahu
apa yang dipikirkan Hasan tentang saya. Biarlah itu
urusan nanti.


Adult | GO HOME | Exit
1/8063
U-ON

inc Powered by Xtgem.com